satyabhayangkara.co.id | Saumlaki_
Donatus Welikin (40) warga masyarakat desa Ilngei, Kecamatan Tanimbar Selatan, Kabupaten Kepulauan Tanimbar mengaku telah lama mengkonsumsi beras bulog sejak kantor gudang Bulog Saumlaki dibuka namun kesalnya karena hingga saat ini masih antri dalam upaya memperoleh beras bulog untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari.
Kepada media ini dia mengungkap kekesalannya terhadap pelayanan penjualan beras di tempat pemasaran beras bulog yang berlokasi di kompleks pasar baru, Desa Sifnana Omele, Kecamatan Tanimbar Selatan, Kabupaten Kepulauan Tanimbar. Jumat (17/05/24) siang.
Menurut dia, awalnya mutu beras bulog itu bagus, harga masih terjangkau, pelayanan penjualan juga masih baik tetapi setelah sudah ramai, harga beras Bulog mulai naik kemudian pelayanan penjualan juga harus melalui antrian yang berjam-jam, ini yang menyebabkan keresahan masyarakat.
“ Saya mau bilang kantor Bulog dan juga pemerintah daerah kalau bisa pelayanannya itu baik-baik, kasihan kami jauh-jauh dari kampung datang cuma untuk antri 5-10 kg beras dan yang datang antri banyak orang, 50 sampai 100 orang lebih.” Keluhnya.
Lanjutnya berharap dari kantor Bulog dan pemerintah daerah dapat mengevaluasi dan mengawasi benar peredaran beras bulog kemudian diharapkan tidak menjual beras subsidi ini ke pedagang melainkan khusus untuk masyarakat saja.
Ibu Angelina Tubunteman (37) berkediaman di Desa Latdalam yang sudah 1 tahun lebih mengkonsumsi beras bulog turut memberikan keluhannya di tempat yang sama, dia berkesimpulan tentunya masyarakat cenderung membutuhkan beras bulog yang murah sesuai kemampuan karena masyarakat tidak bisa menjangkau beras yang mahal.
“Saya selama ini sering beli beras bulog di pasar baru tidak pernah lagi beli di gudang Bulog tetapi pelayanan sangat tidak maksimal, harapan saya untuk kantor Bulog dan pemerintah daerah harus memperhatikan masyarakat agar tidak antri dan berdesak-desakan membeli beras bulog dan harus membuka beberapa cabang pemasaran beras bulog lagi, agar masyarakat bisa menjangkau dengan mudah karena masyarakat sangat membutuhkan beras bulog ini.” Serunya.
Kepala kantor gudang bulog Saumlaki, Maryono yang dihubungi media ini mengatakan dan mengaku baru seminggu bertugas sebagai kepala kantor menjelaskan perihal ketersediaan beras bulog memang ada keterlambatan namun tidak mengurangi semangat dan tanggung jawabnya untuk mengejar ketertinggalan program yang sudah ditetapkan.
Menurutnya ini bukan kelangkaan beras tetapi dirinya lagi terbentur dengan tiga pekerjaan yang sekaligus harus diselesaikan yaitu sebagian tenaga buruh untuk menerima kegiatan proses bongkar muat beras yang masuk ke gudang Bulog, sebagian dibagi dua untuk penyediaan beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan), sebagiannya lagi untuk proses pengemasan beras pangan.
“ stok beras kita dalam proses bongkar muat sedang berlangsung itu sebanyak 1.000 ton belum selesai, proses pengemasan kembali dari karung ukuran 50 kg keukuran 10 kg kemudian untuk bantuan pangan dalam kemasan SPHP ukuran 5 kg membutuhkan waktu pengerjaannya yang agak lama.”jelasnya. ( EM)