SATYA BHAYANGKARA | PADANG, – Minggu, 07 Desember 2025. Dukungan psikososial terhadap anak-anak sangat dibutuhkan, salah satunya saat menghadapi situasi bencana. Hal ini dihadapi mereka yang tinggal di wilayah Kecamatan Pauh, Kota Padang, Provinsi Sumatra Barat (Sumbar), yang terdampak banjir dan longsor. Beberapa keluarga akhirnya mengungsi setelah tempat tinggalnya mengalami kerusakan.
Sejumlah anak tercatat mengungsi di fasilitas pendidikan, tepatnya Sekolah Dasar Negeri (SDN) 02 Cupak Tangah, Kecamatan Pauh. Pos pengungsian ini menampung 171 anak, sedangkan total keluarga berjumlah 481 KK atau 1.973 jiwa. Kelompok rentan selain anak-anak, tercatat lansia 71 orang, balita 36 orang, ibu hamil 6 orang dan disabilitas 1 orang. Para keluarga menempati ruang-ruang kelas di SDN tersebut.
Anak-anak di pos pengungsian ini mendapatkan dukungan psikososial dari Kementerian Komunikasi dan DIgital (Komdigi) pada hari ini, Sabtu (6/12). Komdigi bekerja sama dengan Save the Children Indonesia dan Universitas Negeri Padang dalam penyelenggaraannya.
Kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan menyenangkan, agar anak-anak kembali bangkit, bersemangat dan mampu fokus menghadapi ujian sekolah pascabencana.
Melalui peran fasilitator, anak-anak di pengungsian diajak untuk bermain dan beraktivitas. Di samping itu ada sesi edukasi mengenai ruang digital bagi anak. Sesi tersebut disampaikan dengan bahasa sederhana sehingga mereka dapat menangkap pesan dan pengetahuannya.
Selama kegiatan, beberapa orang tua anak turun mendampingi di sekitar tenda.
Dukungan psikososial ini menyasar tidak hanya anak-anak penyintas di SDN 02, tetapi juga di tiga titik pengungsian lain di Kota Padang.
Peran Pentaheliks
Di atas merupakan potret kecil keterlibatan stakeholder dalam penanggulangan bencana. Dampak bencana banjir dan longsor (bansor) yang menerjang sejumlah kabupaten dan kota di Provinsi (Sumbar) masih menyisakan duka.
Di tengah situasi yang sulit, seperti kesedihan, kesusahan maupun keterbatasan, pentaheliks memiliki peran yang sangat penting untuk memulihkan kehidupan masyarakat.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggarisbawahi pentingnya peran pentaheliks (pemerintah, termasuk pemerintah daerah, pakar atau akademisi, masyarakat, lembaga usaha dan media massa) dalam penanggulangan bencana di Tanah Air.
Hal ini dapat secara konkret terlihat saat respons bencana bansor di Provinsi Sumbar. Pemerintah tidak akan mampu untuk menanggulangi katastrofe tanpa kepedulian dan keterlibatan banyak pihak.
Kolaborasi dan sinergi penanggulangan bencana diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti bantuan pangan, non-pangan, donasi uang maupun keahlian khusus atau hanya sekedar tenaga.
Pentaheliks ini menjadi modal bangsa Indonesia dalam menghadapi setiap bencana. Mereka tidak hanya berasal dari wilayah Sumbar tetapi dari segala penjuru nusantara, baik individu, kelompok masyarakat, organisasi non-pemerintah hingga kementerian/lembaga.
Sumber : Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB
Pewarta : Arif prihatin





