SATYA BHAYANGKARA | TANGERANG,30 Juli 2024, – Prestasi gemilang kembali diraih pelajar Indonesia di ajang talenta internasional. Kali ini, lima pelajar jenjang SMA sukses mengukir prestasi di ajang debat tingkat dunia, yaitu World Schools Debating Championship (WSDC) yang diikuti oleh 68 negara dan berlangsung pada 16 s.d. 22 Juli di Belgrade, Serbia. Indonesia berhasil meraih tiga penghargaan sekaligus yaitu, Top Ten English as Foreign Language (EFL) Best Speaker, Honorable Mention (Octofinalist), dan Best EFL Team.
Dalam kategori individu, penghargaan Top Ten EFL Best Speaker diraih oleh Carlsson Khovis, siswa SMAS Sutomo 1 Medan. Sebagai tim, Indonesia mendapatkan penghargaan Honorable Mention (Octofinalist) dan Best EFL Team. Capaian ini menunjukkan peningkatan tim debat Indonesia dibandingkan tahun sebelumnya yang mendapatkan Honorable Mention (Partial Double Octofinalist).
Kepala Pusat Prestasi Nasional, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Maria Veronica Irene Herdjiono, menyampaikan apresiasi atas perjuangan dan torehan prestasi yang diraih tim debat Indonesia.
“Selamat untuk adik-adik yang telah menorehkan prestasi dengan meraih tiga penghargaan di ajang WSDC. Melalui proses yang panjang dari ajang talenta nasional hingga ke tahap pembinaan sampai pulang meraih prestasi, perjuangan adik-adik sungguh luar biasa,” tutur Irene pada kesempatan terpisah, Sabtu (27/7).
Irene juga berharap, para siswa agar terus konsisten dan persisten dengan bakat dan minat yang dimiliki khususnya dalam dunia debat. “Tentunya ajang WSDC adik-adik mendapatkan pengalaman dan pengetahuan yang baru. Semoga adik-adik tetap terus berprestasi serta mengasah minat dan bakat hingga ke jenjang pendidikan selanjutnya,” tambah Irene.
Kelima debaters atau siswa-siswi yang mewakili Indonesia dalam ajang WSDC adalah Bintang Putra Ari Ramadhan dari SMAS Al-Azhar Mandiri Palu, Carlsson Khovis dari SMAS Sutomo 1 Medan, Arilynn Wijaya dari SMAS Sutomo 1 Medan, Yvonne Ng dari SMA Maitreyawira Batam, dan Anya Krishna Rahardja dari SMA ACS Jakarta.
Kelima pelajar tersebut sebelumnya berasal dari pemenang ajang talenta National Schools Debating Championship (NSDC) 2023 yang diseleksi dan dibina oleh Pusat Prestasi Nasional, Kemendikbudristek.
Peraih Top Ten EFL Best Speaker, Carlsson Khovis, dari SMAS Sutomo 1 Medan, mengungkapkan bahwa konsistensi merupakan kunci utama dirinya bisa meraih penghargaan tersebut. “Jujur yang utama adalah konsistensi. Saya berusaha dengan gaya bicara yang konsisten dan sepertinya juri-juri WSDC menyukainya. Hal itu yang membuat skor saya stabil di WSDC sehingga dapat 10 besar EFL Best Speaker,” kata Carlsson.
Carlsson lanjut menjelaskan di ajang WSDC kali ini tim debat Indonesia harus melalui serangkaian tahapan lomba yang cukup menguras pikiran dan tenaga. “Tantangannya ada di kekuatan mental karena WSDC ini ada delapan ronde yang dihadapi. Setiap rondenya memakan waktu satu setengah jam. Belum lagi kita harus persiapan juga. Tetapi saya dan teman-teman selalu semangat,” jelasnya.
“Kita harus banyak mendengar orang lain walaupun debat itu adalah lomba yang berkomunikasi banyak namun kita harus mendengar lawan bicara supaya merespons dengan baik dan benar,” imbuh Carlsson yang berbagi tips debat untuk pelajar Indonesia lainnya.
Hal yang sama juga diungkapkan Yvonne Ng dari SMA Maitreyawira Batam. “Untuk teman-teman jangan pantang menyerah karena prestasi itu butuh proses yang panjang. Jika gagal jangan bersedih tetapi harus tetap semangat,” ujar Yvonne.
Selama jalannya ajang WSDC, para siswa didampingi oleh Tim Pembina. Mereka adalah Rachmat Nurcahyo (Universitas Negeri Yogyakarta) sebagai manajer tim dan Tengku Omar Azfar Haqqani (Columbia University) sebagai coach. Indonesia juga mengirimkan juri dalam kompetisi ini, yakni Muhammad Batara Mulya (Universitas Bina Nusantara).
Rachmat Nurcahyo selaku Koordinator Pembina dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), menyampaikan Tim Debat Indonesia sudah berjuang secara maksimal untuk meraih prestasi di ajang WSDC 2024. “WSDC tahun ini persaingannya sangat ketat karena diikuti oleh 68 negara. Kami bangga atas capaian dan kerja keras anak-anak. Kami juga bersyukur atas perhatian pemerintah yang mengembangkann talenta melalui Pusat Prestasi Nasional,” ucap Rahmat.
Sebagai informasi, tim debat Indonesia mengikuti delapan babak preliminary rounds dengan empat prepared motions, yaitu This House Supports strict state secularism in Western Liberal Democracies, This House Prefers A World where Truth and Reconciliation Commissions were established to deal with the aftermath of the Yugoslav Wars rather than the ICTY, This House Believes That major tourist destinations should significantly limit the number of tourists that can visit, dan This House Supports France’s exit from West Africa.
Selanjutnya, tim debat Indonesia mendapatkan 4 victory points dengan 13 ballots pada akhir babak preliminary rounds dan berhak melaju ke babak eliminasi double octofinals. Di babak ini, Indonesia harus melawan tim Amerika Serikat yang menjadi juara tahun 2023. Dengan memperdebatkan mosi This House would put an upper age limit of 60 years old for individuals running for political office, Tim Indonesia menang telak 3-0 sebagai oposisi. Dengan kemenangan ini, Tim Indonesia melaju ke babak Octofinal.
Kelima siswa sebelum berkompetisi, telah mendapatkan fasilitasi pembinaan sebanyak tiga tahap yang difasilitasi oleh Pusat Prestasi Nasional. World Schools Debating Championship (WSDC) merupakan kompetisi debat tahunan yang mempertemukan tim debat jenjang Sekolah Menengah Atas seluruh dunia. Satu negara diwakili oleh satu tim yang terdiri atas 3 sampai 5 debaters. Tahun ini, University of Belgrade, Serbia menjadi menjadi tuan rumah WSDC.
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#MerdekaBelajar
Pewarta : Arif prihatin