SATYA BHAYANGKARA | KUNINGAN, – Pernyataan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi saat disindir oleh Gubernur Kaltim dengan sebutan Gubernur Konten, membuat KDM akui bisa menurunkan anggaran belanja iklan media dari 50 Miliar menjadi 3 Miliar.
Namun pada konten lainnya, Gubernur Jabar berusaha menjelaskan kembali maksud dia menyampaikan pernyataan tersebut, bahwa Gubernur dulu menggunakan anggaran negara, judul anggarannya adalah kerjasama media, itu salah satunya.
Kerjasama itu memakan biaya besar, sedangkan anggaran itu dianggap untuk membangun citra pemprov maupun gubernur itu sendiri.
Secara kebetulan dirinya telah memiliki media sendiri seperti yutube, tiktok dan instagram. Dia coba untuk menyajikan
Dari aspek kepentingan pemerintah, dimana negara bisa diuntungkan 47 miliar dan dialihkan ke infrastruktur, dan media pribadi yang dia gunakan sudah berhasil mengurangi pembiayaan negara, dari belanja media menjadi infrastruktur.
Terkahir biasanya pejabat itu belakangnya wartawan, diiringi wartawan, saya secara kebetulan tidak diiringi wartawan dan cukup dengan anak – anak saya saja yang mengambil gambar dan saya muat, dan wartawan bisa ambil dari platform media yang saya miliki.
Dan hari ini, sejumlah jurnalis kuningan tergerak melakukan aksi spontanitas dengan memasang spanduk yang dibentangkan di depan kantor bupati kuningan.
Aksi singkat dengan mamasang sanduk itu cukup menarik perhatian pengguna jalan, karena keadaan lalu lintas sedang ramai, namun tak kurang dari 30 menit spanduk itu bertahan dan diamankan oleh petugas satpol PP Kuningan yang sedang berjaga.
Disampaikan salah satu jurnalis di kuningan, Elly menyebutkan spanduk ini bentuk kekecewaan dari dunia jurnalis dengan statmen gubernur yang terhormat cukup dengan media dia saja, dan media lain bisa mengutip.
“Keberadaan kami sebagai insan pers berarti tidak dianggap, saya berharap pak gubernur bisa lebih bijak mengeluarkan statmen, dan insan pers hargai,” kata Elly.
Ditambahkan jurnalis lainnya, Ali bahwa media bagian dari 4 pilar kebangsaan, apapun medianya adalah corong bagi masyarakat, terlepas saat ini ada media sosial itu hanya bisa jadi milik pribadi, berbeda dengan produk media atau jurnalis, semua ada pertanggungjawabannya.
“Jangan sampai kalimat yang disampaikan ke Medsos malah menyakiti teman – teman kita jurnalis maupun profesi yang lain,” ujar Ali.
Terlepas adanya efisiensi, Ali menyebutkan bahwa memang situasi negara saat ini sedang tidak baik – baik saja, dan semua merasakan.
“Kita juga ikut perih dengan adanya efisiensi, tapi jangan sampai disakiti. Kalau memang efisiensi semua merasakan jangan hanya masyarakat saja yang merasakan tapi pejabat tidak,” ungkap Ali.
Langkah ini, menurut Ali juga menjadi peringatan untuk para kepala daerah di Jawa Barat jangan sampai terbawa arus dengan membuat konten yang rajin seperti yang dilakukan Gubernur Jabar, namun tidak bekerja dengan maksimal menjalankan tugasnya.
Pewarta : Arif prihatin