Profesi jurnalis merupakan tugas mulia sebagai penyambung suara masyarakat dan penegak keadilan sosial.

News2 Dilihat

SATYA BHAYANGKARA BULUKUMBA– Profesi jurnalis merupakan tugas mulia sebagai penyambung suara masyarakat dan penegak keadilan sosial. Namun, realitanya, masih banyak masyarakat yang memandang sebelah mata profesi ini.

 

Seorang jurnalis dari media online mengalami pelecehan dan intimidasi saat menjalankan tugas jurnalistik di Kota Bulukumba. Peristiwa itu terjadi saat wartawan tersebut mencoba melakukan konfirmasi dan klarifikasi kepada pemilik kontrakan, Rahma dan suaminya, terkait kasus panjar rumah di Jalan Caile, Kecamatan Ujung Bulu, Kabupaten Bulukumba Sulsel pada Jum’at (16/05/2025).

 

Rahma bahkan sempat menghubungi seorang anggota polisi, yang diduga sebagai bentuk upaya menakut-nakuti wartawan yang tengah menjalankan tugas peliputan.

 

Tak hanya itu, Rahma dan suaminya melontarkan pernyataan yang terkesan melecehkan dan mengintimidasi. “Saya tidak takut kamu mau lapor ke mana pun, bahkan sampai ke pusat silakan. Di Polres Bulukumba juga laporanmu tidak akan diterima, karena petugas di sana kenal saya. Jadi percuma kamu melapor,” ucapnya dengan nada tinggi kepada wartawan.

 

Kronologi kejadian bermula dari laporan salah seorang warga bernama Irfan, yang sebelumnya berencana mengontrak rumah milik Rahma. Menurut Irfan, ia diminta untuk melunasi pembayaran kontrakan, namun ia memilih untuk membayar penuh saat mulai menempati rumah tersebut pada Rabu pekan berikutnya. Sebagai bentuk komitmen, Irfan menyerahkan uang panjar sebesar Rp300.000.

 

Namun dua hari kemudian, Irfan membatalkan niatnya mengontrak rumah tersebut karena mendapat instruksi dari orang tuanya untuk kembali ke kampung. Saat meminta pengembalian uang panjar, Rahma menolak dan menyatakan bahwa uang tersebut hangus, meski sebelumnya tidak ada perjanjian tertulis terkait hal itu.

 

“Mungkin bagi ibu itu uang kecil, tapi bagi saya dan keluarga, dua ratus ribu rupiah sangat berarti. Kami harus bekerja keras untuk mendapatkannya,” ujar Irfan dengan nada sedih dan kecewa.

 

 

Pewarta Amir Nai

 

Editor Natsir gassing

SATYA BHAYANGKARA BULUKUMBA– Profesi jurnalis merupakan tugas mulia sebagai penyambung suara masyarakat dan penegak keadilan sosial. Namun, realitanya, masih banyak masyarakat yang memandang sebelah mata profesi ini.

Seorang jurnalis dari media online mengalami pelecehan dan intimidasi saat menjalankan tugas jurnalistik di Kota Bulukumba. Peristiwa itu terjadi saat wartawan tersebut mencoba melakukan konfirmasi dan klarifikasi kepada pemilik kontrakan, Rahma dan suaminya, terkait kasus panjar rumah di Jalan Caile, Kecamatan Ujung Bulu, Kabupaten Bulukumba Sulsel pada Jum’at (16/05/2025).

Rahma bahkan sempat menghubungi seorang anggota polisi, yang diduga sebagai bentuk upaya menakut-nakuti wartawan yang tengah menjalankan tugas peliputan.

Tak hanya itu, Rahma dan suaminya melontarkan pernyataan yang terkesan melecehkan dan mengintimidasi. “Saya tidak takut kamu mau lapor ke mana pun, bahkan sampai ke pusat silakan. Di Polres Bulukumba juga laporanmu tidak akan diterima, karena petugas di sana kenal saya. Jadi percuma kamu melapor,” ucapnya dengan nada tinggi kepada wartawan.

Kronologi kejadian bermula dari laporan salah seorang warga bernama Irfan, yang sebelumnya berencana mengontrak rumah milik Rahma. Menurut Irfan, ia diminta untuk melunasi pembayaran kontrakan, namun ia memilih untuk membayar penuh saat mulai menempati rumah tersebut pada Rabu pekan berikutnya. Sebagai bentuk komitmen, Irfan menyerahkan uang panjar sebesar Rp300.000.

Namun dua hari kemudian, Irfan membatalkan niatnya mengontrak rumah tersebut karena mendapat instruksi dari orang tuanya untuk kembali ke kampung. Saat meminta pengembalian uang panjar, Rahma menolak dan menyatakan bahwa uang tersebut hangus, meski sebelumnya tidak ada perjanjian tertulis terkait hal itu.

“Mungkin bagi ibu itu uang kecil, tapi bagi saya dan keluarga, dua ratus ribu rupiah sangat berarti. Kami harus bekerja keras untuk mendapatkannya,” ujar Irfan dengan nada sedih dan kecewa.

Pewarta Amir Nai

Editor Natsir gassing