Tangis dan Doa di Pasar Cekkeng: “Kami Hanya Ingin Bertahan, Bukan Melawan”

News65 Dilihat

SATYA BHAYANGKARA-BULUKUMBA
– Malam itu, langit di atas Pasar Cekkeng tampak muram, seakan ikut merasakan gundah gulana yang menyelimuti hati puluhan pedagang Kasuara. Usai salat Isya, malam Jum’at (11/7/2025), mereka berkumpul, duduk bersimpuh di antara lapak-lapak yang setia menemani mereka bertahun-tahun mencari nafkah.

Di bawah temaram lampu pasar yang redup, tangan-tangan renta dan wajah penuh harap menengadah ke langit. Doa bersama dipanjatkan, dipimpin Ustadz Riswan Bukhori, S.Ag. Tak sedikit dari mereka yang meneteskan air mata, berdoa agar esok hari, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di DPRD Bulukumba, ada secercah harapan untuk mempertahankan pasar yang sudah menjadi bagian hidup mereka puluhan tahun.

“Kami ini bukan menantang pemerintah… Kami hanya ingin bertahan hidup. Pasar ini rumah kami, tumpuan hidup anak-anak kami. Jangan ambil satu-satunya harapan kami,” ucap Kr Tompo lirih, suaranya tercekat.

Sebagian pedagang datang membawa anak-anak mereka. Di pelukan ibunya, seorang balita tertidur lelap tanpa tahu bahwa nasib keluarganya sedang digantungkan pada keputusan penguasa esok hari.

“Kami bukan tidak mau diatur. Tapi biarkan kami tetap di sini, di tempat yang sudah kami jaga dan rawat sejak dulu. Kami bukan penjahat, kami hanya rakyat kecil yang ingin makan dari keringat sendiri,” tambah Kr Tompo, matanya berkaca-kaca.

Doa malam itu bukan hanya tentang menolak penggusuran. Itu adalah jeritan hati, seruan kemanusiaan, dan permohonan agar pemerintah mendengarkan dengan hati, bukan sekedar membaca laporan di meja kerja.

“Kami mohon… Jangan gusur kami. Biarkan kami pulang. Pulang ke pasar yang telah menjadi hidup kami,” tutup Kr Tompo penuh harap.

Pasar Cekkeng bukan sekadar bangunan, tapi saksi bisu perjuangan para pedagang yang setiap hari berangkat subuh, menjual dagangan demi sesuap nasi. Kini mereka menanti: apakah pemerintah akan berpihak pada rakyatnya atau justru menghapus jejak perjuangan itu dalam satu keputusan?

Narasumber.karaeng Tompo

Pewarta.Basri