SATYA BHAYANGKARA-BULUKUMBA
– 5 Agustus 2025 – Aksi protes tak biasa terjadi di halaman Kantor Kejaksaan Negeri (Kejari) Bulukumba.
Ratusan warga dan keluarga korb4n kecelakaan lalu lintas di Kajang menggantungkan br4 dan cel4na dalam sebagai bentuk simbolik kekecewaan mendalam terhadap penanganan perkara yang dinilai jauh dari rasa keadilan.
Aksi ini didampingi langsung oleh Lembaga Panrita Bhineka Bersatu (LPBB) yang dikomandoi oleh Harianto Syam alias Anto Harlay selaku Ketua Dewan Pimpinan Nasional (DPN) LPBB. Dalam orasinya, Anto Harlay menegaskan bahwa LPBB akan terus mengawal kasus ini hingga keadilan benar-benar ditegakkan.
“Ini bukan sekadar simbol, ini perlawanan terhadap matinya keadilan. Kajari Bulukumba harus bertanggung jawab atas bobroknya penanganan perkara ini. Jaksa penuntut pun diam saja, tidak melakukan banding atvonis ringan ini. Kami tidak akan tinggal diam!” tegas Anto Harlay.
Aksi yang berlangsung pada Selasa pagi itu menarik perhatian publik dan viral di media sosial.
Dalam orasi yang disampaikan, para peserta aksi menyebut simbol pakaian dalam tersebut sebagai “kado untuk Kajari Bulukumba” – bentuk sindiran keras terhadap institusi penegak hukum yang dianggap abai terhadap nyawa warganya.
Tragedi Kecelak4an: Tiga Ny4wa Melayang
Aksi ini dipicu oleh kasus kecel4kaan maut yang terjadi pada 22 Desember 2024 di Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba.
Peristiwa itu melibatkan Muh. Ilham, pengemudi mobil Toyota Avanza yang diduga mengemudi dalam keadaan m4buk dan dengan kecepatan tinggi.
Mobil tersebut men4brak pasangan suami istri Ariyanto dan Syahrina yang tengah berboncengan sepeda motor.
Ariyanto meningg4l di tempat, sementara Syahrina, yang tengah mengandung, sempat koma sebelum akhirnya meningg4l dunia, bersama janin dalam kandungannya.
Vonis Ringan, Keadilan Dipertanyakan
Kemarahan publik memuncak ketika terdakwa hanya dijatuhi vonis 1 tahun 6 bulan penjara.
Yang lebih mengejutkan, Jaksa Penuntut Umum (JPU) tidak mengajukan banding, meskipun putusan tersebut dinilai sangat tidak proporsional terhadap kehilangan tiga nyawa sekaligus.
“Kami tahu pelaku sudah divonis dari Pemerintah setempat. Padahal kami keluarga korban. Tak ada panggilan, tak ada penjelasan resmi. Kami benar-benar dipinggirkan,” ujar salah satu anggota keluarga korban.
Pewarta.Basri