PMII BULUKUMBA – AKSI DAMAI KOALISI 1 SEPTEMBER 2025: SUARA RAKYAT DIKAWAL POLRI-TNI

News14 Dilihat

SATYA BHAYANGKARA-BULUKUMBA
– 1 September 2025 –
Jalanan Bulukumba hari ini menjadi saksi dari gelombang besar perlawanan moral yang lahir dari keresahan rakyat. Di bawah terik matahari, suara lantang menggema dari Koalisi 1 September gerakan lintas organisasi yang mempersatukan mahasiswa, pemuda, aktivis masyarakat sipil, hingga kurir ojek online.

Koalisi ini dihimpun dari berbagai OKP, di antaranya PMII Bulukumba, FMN, SAD, Maritim Muda.ID, KMPI, Good Kurir, KOMPI, serta Karang Taruna Panrita Lopi Bulukumba. Sejak awal, mereka menegaskan bahwa aksi ini adalah sebuah ruang bersama untuk menyampaikan aspirasi rakyat tanpa kerusuhan, tanpa anarkisme, dan tanpa merusak tatanan.

Massa aksi pertama kali berkumpul di Sekretariat PMII Bulukumba, lalu bergeser ke BTN 2 sebagai titik konsolidasi. Dari sana, mereka bergerak ke TEKO untuk menyampaikan aspirasi, sebelum akhirnya menggelar aksi puncak di depan kantor DPRD Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan.

Dalam orasi pembuka, Renaldi Amir, Ketua Cabang PMII Bulukumba, menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada pihak Polri dan TNI yang mengawal aksi hingga berlangsung aman dan tertib.

“Kami mengucapkan terima kasih kepada kepolisian dan TNI yang bersama-sama menjaga aksi ini agar tetap damai. Kehadiran mereka bukan sebagai lawan, melainkan mitra rakyat dalam mengawal demokrasi. Aksi ini bukan panggung permusuhan, melainkan ruang aspirasi. Inilah bukti bahwa rakyat bisa bersuara tanpa harus berhadapan keras dengan aparat,” ujar Renaldi, disambut tepuk tangan meriah massa.

Meski begitu, Renaldi menegaskan bahwa apresiasi tersebut tidak menghapus luka kolektif. Ia mengingatkan kembali tragedi Affan Kurniawan, kurir ojek online yang tewas akibat tindakan represif aparat, sebagai bukti nyata perlunya reformasi kepolisian.

“Koalisi 1 September lahir dari suara rakyat yang muak ditindas. Dari mahasiswa, pemuda, hingga kurir ojek online, semua hadir menyuarakan hal yang sama: hentikan kekerasan aparat dan batalkan kenaikan tunjangan DPR. Kasus Affan Kurniawan adalah bukti betapa nyawa rakyat diperlakukan murah oleh negara. Reformasi kepolisian adalah harga mati!” tegasnya.

“Renaldi juga menyinggung krisis legitimasi DPR. Menurutnya, kenaikan tunjangan bukan sekadar angka, melainkan simbol jauhnya jarak elite dari realitas rakyat kecil.

“Ketika rakyat susah mencari pekerjaan dan harga kebutuhan pokok melambung, DPR justru sibuk mempertebal fasilitas diri. Itu bukan hanya tidak etis, tetapi pengkhianatan politik. Tunjangan bukan hak istimewa, melainkan beban moral yang menuntut kesederhanaan dan tanggung jawab,” ujarnya lantang.

Koalisi 1 September pun merumuskan Lima Tuntutan Besar:

1. Mengesahkan UU Perampasan Aset.
2. Menolak kenaikan pajak di daerah.
3. Menolak kenaikan tunjangan DPR.
4. Mengadili pelaku penabrakan Affan Kurniawan.
5. Membebaskan seluruh aktivis yang ditahan.

Aksi yang diikuti ratusan massa ini berlangsung penuh semangat, namun tetap damai dan tertib. Poster, spanduk, hingga mural spontan menghiasi jalanan dengan kalimat lantang: “Hidup Rakyat, Lawan Represi!”, “Nyawa Rakyat Tidak Murah!”, dan “Batalkan Tunjangan DPR!”. Suara orasi berpadu dengan yel-yel perlawanan, menciptakan harmoni yang mengguncang jantung Bulukumba.

Menutup aksi, Renaldi kembali menegaskan pesan damai sekaligus tekad kolektif:

“Kami, Koalisi 1 September, tidak akan berhenti sampai keadilan ditegakkan. Jika aparat bersama rakyat, maka demokrasi akan selalu hidup. Ingatlah, negara ini milik rakyat, bukan segelintir elite yang memperdagangkan kekuasaan di atas penderitaan mereka.”

Dengan demikian, Koalisi 1 September menjadi penanda bahwa gelombang perlawanan rakyat di Bulukumba tidak pernah padam. Ia hanya menunggu momentum untuk kembali menyala dengan damai, bersatu, dan penuh keberanian demi keadilan.

Narasumber.Wahyu

Pewarta . Basri