SATYA BHAYANGKARA | DEPOK, –Kamis, 30 Oktober 2025. Menteri Agama Nasaruddin Umar hadir dalam Annual International Conference on Islam, Science, and Society (AICIS+) 2025. Di hadapan akademisi dan peneliti dalam dan luar negeri, Menag bicara tentang perdamaian, aksi iklim, dan pemberdayaan ekonomi umat.
AICIS+ 2025 berlangsung di Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Depok. Acara ini berlangsung dua hari, 29 – 30 Oktober 2025. Ada ratusan paper yang dipresentasikan di hadapan para peneliti dari berbagai negara. AICIS+ 2025 mengusung tema “Islam, Ecotheology, and Technology Transformation: Multidiciplinary Innovations for an Equitable and Sustainable Future”.
Menag di awal sambutan menyoroti kepercayaan global terhadap Indonesia. Menurutnya, banyak negara memandang Indonesia sebagai salah satu negara independen yang berpotensi besar untuk mengatasi isu-isu perdamaian. Kepercayaan ini didasarkan pada sejarah panjang diplomasi bebas-aktif Indonesia, yang didorong oleh populasi Muslim terbesar di dunia dengan karakter yang moderat.
“Indonesia dipandang sebagai salah satu negara independen yang mampu menawarkan solusi damai dan menjadi penengah. Kepercayaan ini adalah modal besar bagi diplomasi kemanusiaan dan perdamaian global yang diusung oleh bangsa kita, terutama terhadap krisis yang terjadi di Timur Tengah, salah satunya isu Israel-Palestina,” ujar Menag di Depok, Kamis (30/10/2025). Ikut mendampingi, Staf Khusus Menteri Agama Ismail Chawidu dan Gugun Gumilar.
Ekoteologi
Menag lalu memperkenalkan konsep Ekoteologi, sebagai upaya mendorong pemahaman teologi yang lebih kontekstual. Menurutnya, Ekoteologi adalah kerangka pemahaman untuk melakukan transformasi dalam cara berinteraksi dengan alam, dengan menjadikan nilai kasih sayang sebagai landasan keberagamaan. Dalam Islam, hal ini salah satunya didasarkan pada 99 Asmaul Husna, yang mana 80 persen dari nama-nama tersebut menunjukkan nilai kasih sayang Allah.
“Sayangnya, kita melihat banyak perilaku manusia yang belum mencerminkan nilai kasih sayang, terutama dalam memperlakukan lingkungan dan makhluk hidup. Melalui konsep Ekoteologi inilah, kami ingin mentransformasikan pemahaman teologi agar lebih menunjukkan nilai-nilai kepedulian dan kasih sayang itu sendiri,” jelasnya.
Pemberdayaan Ekonomi Umat
Isu lain yang disampaikan Menag terkait pemberdayaan ekonomi umat. Menag memaparkan data potensi dana ibadah rutin di Indonesia yang sangat besar dalam namun belum termanfaatkan secara maksimal. Sumber-sumber dana ibadah rutin itu jika dikelola secara terintegrasi dapat menjadi motor penggerak ekonomi umat yang luar biasa. Salah satu contoh konkret dana ibadah rutin seperti Kurban yang memiliki potensi hingga Rp72 triliun.
“Contoh lain dari pembayaran Fidyah, di mana 7% dari penduduk Indonesia sudah berusia di atas 80 tahun, potensinya dapat mencapai Rp2 triliun. Belum lagi dari Kafarat, Akikah, dan infaq lainnya. Jika diakumulasikan, potensi dana umat ini bisa mencapai lebih dari Rp1.000 triliun per tahun,” papar Menag.
Menag menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia di bawah arahan Presiden Prabowo Subianto telah mempersiapkan program strategis untuk memanfaatkannya dengan mendirikan Lembaga Pemberdayaan Dana Umat (LPDU). “Insya Allah, LPDU akan dibangun tahun depan di Jakarta sebagai upaya serius pemerintah dalam mengelola dan mendayagunakan potensi dana umat ini untuk kesejahteraan masyarakat,” tambahnya.
Terakhir, Menag mengajak peserta konferensi merefleksikan kembali sejarah Islam, khususnya masa keemasan di abad ke-6 hingga ke-13 Masehi, di mana ilmu pengetahuan dan spiritualitas berjalan beriringan yang disimbolkan oleh pusat keilmuan Baitul Hikmah.
Menag menyatakan bahwa negara-negara di Asia Tenggara maupun di luarnya dapat saling berbagi dan bertukar ilmu pengetahuan, menjadikannya pusat peradaban keilmuan ke depannya.
“Apa yang bisa kita sebut sebagai Baitul Hikmah ini tidak hanya dipusatkan di satu tempat, melainkan di tempat-tempat yang lain. Asia Tenggara dapat menjadi pusat peradaban keilmuan, seperti halnya Baitul Hikmah di masa kejayaan Islam dulu,” pungkasnya.
Menag percaya bahwa konferensi AICIS+ 2025 ini akan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan terbaik untuk membangun dan menyiapkan peradaban Islam yang baru bagi masyarakat di masa depan.
Pewarta : Arif prihatin





