Maskikit : Pemda KKT Khianati Hati Masyarakat Lermatang

News333 Dilihat

 

satyabhayangkara.co.id | Saumlaki_
Kudeta hasil pembayaran kompensasi Budidaya Rumput Laut Desa Lermatang, Kecamatan Tanimbar Selatan, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, berujung dengan hasil yang meresahkan warga desa tersebut. Senin, (03/06).

Selaku pihak yang bertanggung jawab dalam hal pembayaran tersebut, PT. TAKA yang di tunggangi Inpex Ltd dan Pemda KKT sangat miris melihat kebutuhan masyarakat Desa Lermatan.

Dalam rumus perikanan tentang tata cara pembayaran kompensasi rumput laut Rp1.110.000.,per Long Line tidak disetujui dan dilakukan penawaran oleh PT. TAKA dengan harga 1juta – 500ribu per Long Line.

Ditunggangi oleh Inpex Ltd dan Pemda KKT, kesepakatan tersebut berubah drastis menjadi Rp20.000.000., per budidaya. Harga tersebut menimbulkan pro dan kontra harga tersebut.

Pertemuan terakhir yang bertempat di Ruangan Sekda KKT itu, (Selasa, 3 Juni 2024) miris atas perlakuan Security Inpex Ltd yang bertindak seolah-olah mereka selaku Satpol PP yang dengan seenaknya melarang masyarakat dan awak media untuk terlibat dalam agenda tersebut.
Apa alasannya ?
Kok, awak media dilarang meliput ?

Selaku masyarakat Desa Lermatang, Tonci Maskikit merasa kecewa kepada Pemda KKT (Sekda) yang mana menghianati hati masyarakat desa Lermatang dalam menyetujui pembayaran kompensasi rumput laut tersebut dengan harga 20juta per orang pembudidaya rumput laut. Yang mana masyarakat lebih bergantung pada Pemda untuk membela hak mereka. Tetapi kenyataan berbanding terbalik, Pemda lebih Pro ke pihak perusahaan.

“Kami sangat kecewa, dan merasa dihianati oleh Pemda yang mana hasil kesepakatan terakhir kami dengan beliau (Sekda) yaitu penawaran 1juta per long line,” ungkap Maskikit.

Dirinya juga menambahkan bahwa, ada apa sebenarnya dengan pemda, kenapa bisa korbankan rakyatnya demi membela pihak perusahaan. Padahal, dengan adanya pembayaran yang rasional ini juga membantu pemda dalam menata pertumbuhan ekonomi masyarakat yang sangat memprihatinkan saat ini.

“Kami tidak tahu lagi mau berbuat apa, kami selaku masyarakat lemah, kami hanya mengikuti hasil putusan mereka. Semakin kami menegakan hak kami, semakin pula kami dipermainkan. Jadi biarlah mereka para penguasa tetaplah berkuasa,” tandas Maskikit dengan kecewa. (BK)