SATYA BHAYANGKARA| BOGOR, – 26 Juni 2024 Delegasi Federal Court Of Australia (FCA), Federal Circuit & Family Court Of Australia (FCFCoA) melakukan kunjungan ke kampus Badan Pendidikan dan Pelatihan Hukum dan Peradilan Mahkamah Agung di Mega Mendung Bogor pada Rabu, 26 Juni 2024.
Pada kunjungan tersebut, Delegasi Australia berkesempatan memberikan ceramah umum kepada peserta Calon Hakim Peradilan Umum, Peradilan Agama dan Peradilan Tata Usaha Negara (TUN).
Untuk sesi ceramah umum kali ini diikuti peserta sebanyak 462 orang, dengan klasifikasi gender, laki-laki sebanyak 279 orang dan perempuan sebanyak 183 orang calon hakim.
Kepala Badan Strategi Kebijakan dan Pendidikan dan Pelatihan Hukum dan Peradilan Mahkamah Agung, Bambang Hery Mulyono S.H., M.H, mengharapkan para peserta dapat menyerap hal-hal yang baik, mengambil best pratice, dari materi yang disampaikan oleh dua (2) Narasumber Delegasi Australia ini, sehingga dapat menambah ilmu dan wawasan untuk kedepannya.
Adapun Ceramah Umum ini disampaikan oleh Berna Collier selaku Justice of the Federal Court of Australia, dengan topik “Tantangan Yang Muncul Bagi Hakim Yang Mengadili Kasus Komersial, Dan William Alstergren selaku Chief Justice of the Federal Circuit and Family Court of Australia dengan topik “Meninjau Bukti Kekerasan Keluarga Dalam Kasus Hukum Keluarga. Dengan di pandu oleh Moderator, Syamsul Maarif, S.H., L.L.M., Ph.D., Hakim Agung pada Kamar Perdata Mahkamah Agung RI.
PENANAMAN POHON
Usai penyampaian ceramah umum, para Delegasi Australia, berkesempatan melakukan Penanaman pohon, yang berlangsung di kampus Badan Pendidikan dan Pelatihan Hukum dan Peradilan Mahkamah Agung di Mega Mendung Bogor, di Taman Hatta Ali.
Penanaman Pohon oleh Berna Collier dan William Alstergren ini, di dampingi Ketua Mahkamah Agung RI, Prof. Dr. H.M. Syarifuddin, SH., M.H., Wakil Ketua Mahkamah Agung Bidang Yudisial, Prof. Dr. H. Sunarto, S.H., M.H. dan Wakil Ketua Mahkamah Agung Bidang Non Yudisial Soeharto, S.H., M.Hum.
Pada acara ini, Ketua Mahkamah Agung RI menyampaikan sudah banyak Chief Justice dari berbagai negara yang menanam pohon di taman ini. Oleh karena itu Prof Syarifuddin berpesan kepada Kepala Badan Diklat Kumdil Mahkamah Agung untuk selalu merawat dan menjaga pohon-pohon yang sudah di tanam.
Sehingga suatu saat jika para Delegaai Australia ini kembali ke Badan Diklat, bisa melihat pohon ini tumbuh besar dan berbuah manis.
Sementara itu Berna Collier menyampaikan, dirinya sangat terkesan dengan keramahtamahan Mahkamah Agung RI, dan berharap ini menjadi simbol hubungan yang semakin kuat, dan nantinya ketika Mahkamah Agung RI berkunjung ke Australia, kami berharap bisa menjadi tuan rumah yang sama ramah tamahnya seperti saat ini kami di sambut.
Hal senada juga disampaikan William Alstergren. Dirinya sangat bangga, dengan penanaman pohon ini sebagai simbol atas hubungan kerjasama dan pertemanan yang kuat.
Adapun pohon yang di tanam yakni; pohon Namnam (Cynometra cauliflora) adalah Perdu atau pohon kecil, tinggi antara 3-15 m. Batang berbonggol-bonggol, dengan kulit batang yang halus berbintil, kecoklatan atau abu-abu. Dan pohon Mamey Sapote (Pouteria Sapota). Mamey sapote adalah tanaman asli tropis dari Meksiko dan Amerika Tengah. Itu juga ditemukan di Puerto Rico, Kuba, Republik Dominika, Amerika Selatan, dan Florida Selatan, AS.
Pohon mamey sapote merupakan pohon tinggi dengan daun besar menyebar dan bunga kecil berwarna putih. Agar dapat berbuah, pohon mamey sapote harus sudah dewasa, yaitu setelah berumur 3 tahun sejak dicangkok.
Setelah pohonnya dewasa, mereka menghasilkan 150 hingga 250 buah per tahun dan beratnya berkisar antara 1-5 pon, tergantung pada kultivarnya.
Turut hadir pada acara tersebut, Wakil Ketua Mahkamah Agung Bidang Yudisial, Wakil Ketua Mahkamah Agung Bidang Non Yudisial, para Ketua Kamar pada Mahkamah Agung, Hakim Agung pada Mahkamah Agung, para Pejabat Eselon I di lingkungan Mahkamah Agung, Kedutaan Australia untuk Indonesia, Australia-Indonesia Partnership For Justice 2 (AIPJ2), serta undangan lainnya.
Sumber : Humas MA
Pewarta : Arif prihatin