SATYA BHAYANGKARA | SNUR, BALI, 7 Oktober 2024, – Penyelenggaraan pembelajaran berbasis teknologi kerap menjadi tantangan tersendiri bagi pendidik yang belum melek teknologi. Namun, pandemi COVID-19 menjadi disrupsi yang memantik guru, kepala sekolah, dan tenaga pendidikan untuk berkoordinasi dan menyelenggarakan proses pembelajaran yang lebih baik.
Seperti SMKN 3 Denpasar yang memiliki berbagai program keahlian dan fokus kompetensi, pemanfaatan platform ARKAS dan SIPLah dinilai dapat membantu para tenaga pendidik baik dalam pengelolaan keuangan dan urusan administrasi.
“Kami menggunakan platform ARKAS untuk mengelola dana pendidikan yang berasal dari dua sumber, salah satunya bantuan operasional sekolah (BOS), sehingga lebih mudah bagi kami dalam melakukan pelaporan dan perencanaan anggaran. Jadi tidak ada yang manual, dan transformasi ini mendorong transparansi,” kata Kepala SMKN 3 Denpasar, Agung Wijayaputra, dalam kunjungan sekolah pada Gateways Study Visit Indonesia 2024 beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut, sub-koordinator unit administrasi substantif SMKN 3 Denpasar, I Dewa Ayu Sri Ratna juga menambahkan, bahwa transisi penggunaan peranti lunak ini awalnya cukup mengagetkan. Namun adanya panduan penggunaan platform dan pendampingan dari pusat mempermudah proses adaptasi.
Sementara dalam sesi kunjungan sekolah ke SMPN 9 Denpasar, Kepala Sekolah Ni Wayan Raiyani, memiliki cerita lain terkait transformasi pendidikan yang berlangsung di sekolahnya. Berawal dari masa pandemi, para guru di SMPN 9 Denpasar membuat program mentoring agar guru senior dapat beradaptasi dan mengoptimalkan penggunaan platform serta konten pendidikan yang relevan bagi murid.
“Pandemi menjadi masa transisi bagi guru-guru, khususnya guru senior, untuk beradaptasi dengan teknologi. Sekalipun awalnya terdapat sejumlah tantangan dalam penggunaan teknologi, tetapi kami memahami pentingnya peran teknologi dalam mengakselerasi transformasi pendidikan. Makanya kami melanjutkan implementasi ini dalam mendorong inovasi pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan murid,” kata Ni Wayan Raiyani.
Dampak positif ini sejalan visi yang diharapkan oleh UNESCO dan UNICEF saat mendorong inisiatif pembelajaran publik secara digital. Gateways Lead UNICEF Frank van Cappelle, dalam sesi konferensi pers Gateways Study Visit Indonesia 2024 (3/10). Ia menyebut, “Kehadiran ekosistem teknologi pendidikan memungkinkan proses otomatisasi untuk pekerjaan yang sifatnya administratif. Jadi aktor pendidikan dapat memiliki waktu lebih banyak untuk meningkatkan kapasitas dan mendorong interaksi pembelajaran berkualitas,” katanya.
Senada, Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Iwan Syahril menyebut, dengan dampak positif yang dirasakan oleh para aktor pendidikan setelah menggunakan teknologi pendidikan ini, tentunya guru hingga kepala sekolah akan merasa kesulitan jika tata kelola sekolah kembali ke sistem manual lagi. Maka itu, dalam menunjang transformasi pendidikan yang telah dilakukan, perbaikan tetap perlu terus-menerus dilakukan.
“Jika kita melihat dengan skema gelas yang belum terisi separuh, kita akan terus melihat apa yang kurang. Namun jika kita melihat lebih positif ke gelas yang sudah terisi setengah, kita akan bisa melihat dan mengapresiasi transformasi pendidikan seperti apa yang sudah dilakukan, dengan berkolaborasi dan melibatkan seluruh aktor pendidikan,” kata Iwan.
***
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: Kemdikbud.go.id
Twitter: Twitter.com/kemdikbud_RI
Instagram: Instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
YouTube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#MerdekaBelajar
Pewarta : Arif prihatin