Usung Prinsip Satu Tungku Tiga Batu, Jadikan Papua Sebagai Contoh Terbaik Model Harmonisasi Kebangsaan Indonesia

Uncategorized444 Dilihat

SATYA BHAYANGKARA | MANOKWARI, Wapresri.go.id – Sebagai negara yang multikultural, Indonesia tidak hanya memiliki keragaman secara umum. Dalam skala lebih kecil, setiap pulau di Indonesia memiliki keragaman masing-masing dalam satu wilayah, contohnya di Papua. Oleh karena itu, prinsip toleransi salah satunya ‘Satu Tungku Tiga Batu’ di Papua, menjadi praktik terbaik dalam menghargai perbedaan.

“Saya merasakan Papua menjadi contoh terbaik dari model harmoni kebangsaan Indonesia. Praktik dan nilai lokalitas, seperti “Satu Tungku Tiga Batu”, mampu menyatukan hati dan langkah dari agama, adat, dan pemerintah,” tutur Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin dalam acara Peresmian Pembukaan Konferensi II Hari Pekabaran Injil (HPI) ke-168 Persekutuan Gereja-Gereja Papua (PGGP) se-Tanah Papua di Meridien Ballroom Hotel Aston Niu Manokwari, Jl. Drs. Esau Sesa, Kabupaten Manokwari, Papua Barat, Sabtu pagi (15/07/2023).

Lebih lanjut Wapres menyampaikan, khususnya saat ini dimana terdapat 4 provinsi. Keberagaman yang ada mendapat tantangan baru melalui perubahan yang terjadi. Dengan demikian, prinsip Satu Tungku Tiga Batu harus terus diimplementasikan untuk membangun kesejahteraan yang lebih baik lagi di Tanah Papua.

“Saat ini, Tanah Papua pun berada dalam suasana perubahan, di bawah payung Otonomi Khusus. Kehadiran 4 provinsi baru sejatinya menjadi penegas komitmen negara untuk membangun Rumah Besar Tanah Papua yang lebih sejahtera, adil, dan makmur,” imbuh Wapres.

Pada kesempatan yang sama, Wapres juga menegaskan bahwa para tokoh agama dan gereja memegang peran penting dalam menginternalisasi prinsip toleransi di masyarakat untuk pembangunan daerah.

“Ajaran “Kasih” telah memberikan warna tersendiri di tengah masyarakat Papua, sekaligus sebagai landasan yang kokoh bagi percepatan pembangunan Papua. Dengan prinsip “Kasih”, Gereja menjadi pelaku utama dalam menjalankan pelayanan sosial dasar, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan beragam aspek lainnya dalam pertumbuhan masyarakat,” papar Wapres.

“Para pendeta dan tokoh agama, khususnya, tidak hanya mengajarkan kesalehan individual, agar umat dekat dengan Tuhan, tetapi juga kesalehan sosial, agar rakyat Papua mendapatkan pelayanan sosial, termasuk pendidikan dan ekonomi. Kita menyaksikan berbagai sentra pendidikan yang dikelola lembaga-lembaga keagamaan telah melahirkan tokoh-tokoh Papua dan generasi-generasi Papua yang berkarya di berbagai sektor pembangunan,” tambahnya.

Dengan demikian, Wapres mengimbau, agar peran penting ini terus dijalankan secara konsisten. Sebab, mengawal pembangunan dan kemajuan masyarakat bukan hanya tugas serta tanggung jawab individu terhadap bangsa dan negara, namun juga merupakan bukti bakti kita kepada Tuhan Yang Maha Esa.

“Saya yakin, hal ini sejalan dengan pesan Ilahiah, “Apapun yang kamu lakukan, kerjakanlah dengan sepenuh hati, seperti bekerja untuk Tuhan, bukan untuk tuan manusia,” ungkap Wapres.

“Saya mengucapkan terima kasih kepada PGGP, pimpinan Sinode, dan para Gembala yang telah melayani tanpa pamrih demi kemajuan, kemanusiaan, dan kedamaian di Tanah Papua,” pungkasnya.

Turut hadir pada kesempatan tersebut Pj. Gubernur Papua Barat Paulus Waterpauw, Ketua Umum PGGP Papua Barat Pdt. Sherly Parinussa, Ketua Umum PGGP Papua Pdt. Hiskia Rollo, dan para perwakilan dari lembaga keagamaan di Provinsi Papua Barat.

Sementara Wapres didampingi oleh Kepala Sekretariat Wapres Ahmad Erani Yustika, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pemerintahan dan Wawasan Kebangsaan Velix Wanggai, Deputi Bidang Administrasi Sapto Harjono Wahjoe Sedjati, Staf Khusus Wapres Bidang Komunikasi dan Informasi Masduki Baidlowi, Staf Khusus Wapres Bidang Umum Masykuri Abdillah, Staf Khusus Wapres Bidang Politik dan Hubungan Kelembagaan Robikin Emhas, Tim Ahli Wapres Farhat Brachma dan Johan Tedja Surya, serta Wakil Ketua Badan Amil Zakat Nasional Moh. Mahdum. (NN/AS, BPMI – Setwapres)

Pewarta : Arif prihatin